Saat hamil, biasanya ada banyak perubahan pada diri seorang
ibu. Salah satunya adalah gangguan yang membuat ibu lebih pelupa atau sulit
berkonsentrasi.
Di beberapa negara, gangguan semacam ini disebut dengan
" baby brain". Biasanya gangguan ini akan sangat terasa pada
trimester 3 kehamilan.
Baby brain sendiri merupakan suatu sindrom yang nyata dan
terukur. Sebuah penelitian di Australia mengkonfirmasi hal ini.
Para peneliti dari Deakin University, Australia melakukan
meta-analisis terhadap 20 penelitian yang melibatkan 1.200 wanita untuk
membuktikannya.
Hasilnya, mereka menemukan bahwa fungsi kognitif secara
keseluruhan pada wanita hamil lebih buruk dibandingkan dengan wanita yang tidak
hamil.
Gangguan yang juga sering disebut dengan "mumnesia"
tersebut sering dimanisfestasikan sebagai semacam kenaikan kekosongan pikiran.
Beberapa gejala yang sering dilaporkan misalnya adalah sering lupa, kehilangan
jejak percakapan, mengalami kesulitan membaca, dan menunda pekerjaan.
"Fungsi kognitif umum, memori, dan fungsi eksekutif otak
berkurang secara signifikan selama trimester ketiga kehamilan, namun tidak
selama dua trimester awal," tulis laporan tersebut dalam Medical Journal
of Australia yang terbit pada Januari 2018.
Dalam penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa sebenarnya
perubahan fungsi kognitif dan memori sudah terjadi sejak awal kehamilan. Tapi
gangguan ini baru terlihat jelas pada trimester ketiga.
"Penurunan (kognitif) mulai terjadi antara trimester pertama
dan kedua, dan kemudian terlihat seperti stabilisasi... tapi paling jelas pada
trimester ketiga," ungkap Linda Bryne, penulis utama penelitian ini
dikutip dari ABC News, beberapa waktu lalu.
Profesor Bryne juga mengatakan bahwa hasil ini konsisten dengan
temuan terbaru tentang reduksi jangka panjang volume materi abu-abu otak selama
kehamilan terjadi.
"Sepertinya alasan wanita hamil memiliki pengurangan
materi abu-abu karena mungkin merekrut area tersebut ke area yang lebih penting
terkait dengan kemampuan membesarkan anak, seperti ikatan emosional dan kognisi
sosial," kata Bryne. Untuk temuannya ini, Profesor Bryne menyebut perlu
"penafsiran yang hati-hati".
"Kami tidak berbicara tentang gangguan yang akan
menghentikan (wanita hamil) melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya,
atau berfungsi dalam pekerjaan mereka. Ini lebih seperti pada perasaan bahwa
kemampuan mereka hanya tidak seperti dalam waktu normal," ungkap Profesor
Bryne.
"Penurunan kecil dalam kemampuan mereka selama kehamilan
akan terlihat pada diri mereka sendiri dan mungkin oleh orang-orang yang
dekatnya, terutama berimplikasi pada penyimpangan memori kecil (contohnya lupa
atau gagal membuat temu janji dengan dokter)," kata peneliti senior
Melissa Hayden dikutip dari Science Alert, beberapa waktu lalu.
"Tapi konsekuensi yang lebih signifikan (seperti
berkurangnya kemampuan melakukan pekerjaan atau kemampuan yang terganggu untuk
menavigasi tugas yang kompleks) cenderung kecil," sambung Hayden.
Para peneliti juga menyebutkan bahwa diperlukan penelitian
lanjutan untuk memahami bagaimana perubahan fungsi kognitif ini mempengaruhi
kehidupan wanita hamil.
"Dampak dari efek terhadap kualitas hidup dan fungsi
navigasi ibu hamil setiap hari memerlukan penyelidikan lebih lanjut," kata
Professor Byrne.
Para peneliti mengatakan dalam temuan tersebut masih belum
diketahui dengan tepat mengapa fungsi memori dan eksekutif terkena dampak
kehamilan. Selain itu, belum diketahui pula apakah fungsi otak kembali ke
tingkat normal setelah melahirkan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com
Penulis : Resa Eka Ayu Sartika
Artikel ini telah tayang di Kompas.com
Penulis : Resa Eka Ayu Sartika