Monday, April 22, 2019

Cara Baca Hasil USG Kehamilan



Saat ibu hamil kontrol rutin untuk memeriksakan kandungan, dokter akan mencetak hasilnya dan memberikannya untuk Anda. Setelah itu dokter akan menjelaskan hasil USG tersebut pada Anda. Jika Anda melakukan USG 2D, maka hasilnya berupa gambar hitam putih yang disertai tulisan dengan kombinasi huruf dan angka yang menunjukkan perkembangan bayi.

Sayangnya meski dokter sudah menjelaskan detail hasil USG mengenai pertumbuhan dan perkembangan janin Anda, sering kali ibu hamil kebingungan bahkan lupa dengan istilah-istilah yang terdapat di dalamnya.

Untuk menghindari hal itu, sebaiknya Anda perlu tahu istilah yang terdapat pada hasil USG tersebut. Sebagai panduan, beberapa istilah umum yang tertera pada hasil USG sebagai berikut:

GA
GA adalah singkatan dari Gestational Age. menunjukkan umur kehamilan, yang diukur berdasarkan panjang lengan, kaki atau diameter kepala, hingga perkembangan organ tubuh janin.

GS
GS atau Gestational Sac merupakan ukuran kantung kehamilan berupa bulatan . GS umumnya muncul pada hasil USG trimester awal.

CRL
CRL atau Crown Rump Length adalah ukuran jarak dari ujung kepala sampai ujung kaki bayi, juga biasa digunakan dokter untuk mengukur janin di kehamilan trimester awal.

EDD
EDD adalah singkatan dari Estimated Delivery Date yang merupakan keterangan mengenai perkiraan persalinan berdasarkan tanggal menstruasi. Istilah ini mungkin lebih dikenal dengan atau hari perkiraan lahir.

BPD 
BPD atau Biparietal Diameter adalah ukuran tulang pelipis kiri dan kanan. Biasanya digunakan untuk mengukur janin di trimester dua atau tiga.

AC
AC atau Abdominal Circumferencial merupakan ukuran lingkar perut bayi. Jika dikombinasikan dengan maka akan menghasilkan perkiraan berat bayi.

HC
HC atau Head Circumferencial adalah ukuran lingkaran kepala bayi.

FW
FW atau Fetal Weight adalah berat janin dalam kandungan.

FHR
(Fetal Heart Rate) adalah frekuensi irama jantung bayi.

FL
FL atau Femur Length adalah ukuran panjang tulang bayi.

LMP
LMP atau Last Menstrual Period adalah hitungan hari pertama haid terakhir, biasanya digunakan sebagai acuan umur janin atau bayi dalam kandungan.

Selain istilah, terdapat pula gradasi warna hitam dan putih pada cetakan hasil USG 2D. Warna-warna itu memiliki arti tersendiri. Seperti tulang yang merupakan jaringan terlihat berwarna putih. Dan rahim yang berisi cairan akan terlihat berwarna hitam.


Wednesday, March 14, 2018

Benarkah Susu Probiotik Bisa Mengurangi Risiko Komplikasi Kehamilan?




Memiliki bayi yang sehat saat melahirkan adalah harapan semua ibu. Kini, para peneliti menemukan satu lagi makanan kaya gizi yang baik untuk ibu hamil, yakni susu kaya probiotik.

Dipublikasikan dalam jurnal BMJ, Selasa (23/1/2018), para peneliti asal Norwegia menemukan bahwa kandungan probiotik pada susu membantu mengurangi risiko kelahiran prematur dan risiko preeklampsia.

Preeklampsia merupakan komplikasi serius di mana wanita hamil mengalami tekanan darah tinggi, kenaikan kadar protein dalam urin, dan pembengkakan pada tungkai. Kondisi ini bisa berdampak pada seluruh tubuh.

 Dr Mahsa Nordqvist, dokter kandungan dari Rumah Sakit Universitas Sahlgrenska, Swedia, berkata bahwa dua risiko di atas muncul karena tingkat peradangan yang tinggi dalam tubuh ibu hamil.

Dia menambahkan, peradangan tersebut dapat dicegah atau dikurangi lewat bakteri probiotik atau bakteri baik. "Dengan begitu risiko komplikasi kehamilan akan terhindarkan," ujar Nordqvist, dilansir dari Live Science, beberapa waktu lalu.

Dalam penjelasannya, mengonsumsi susu probiotik di awal kehamilan dapat mencegah kelahiran prematur. Sementara mengonsumsi di akhir kehamilan akan mencegah risiko preeklampsia.

Hasil penelitian di atas didasarkan pada pengamatan terhadap data dari 70.000 ibu hamil yang ada di Norwegia.

Selain mengamati data, para peneliti juga meminta para ibu hamil untuk mengisi kuesioner tentang riwayat kesehatan dan pola gaya hidup saat mereka hamil di usia 15 sampai 30 minggu. Para ibu juga diminta menginformasikan tentang makanan mereka saat kehamilan di minggu ke-22.

Dalam kuesioner pola gaya hidup, ada pertanyaan terkait konsumsi susu probiotik sebelum masa kehamilan, dan juga saat awal dan akhir kehamilan.

Setelah diolah, periset menemukan bahwa dengan meminum susu probiotik di awal kehamilan akan menurunkan risiko kelahiran prematur sampai 21 persen.

"Persalinan prematur seringkali dihubungkan dengan infeksi yang menyebabkan pembengkakan di tubuh. Jika respons inflamasi dapat diturunkan sejak awal kehamilan, maka risiko melahirkan dini pun akan menurun," jelas Nordqvist.

Sementara itu, ibu hamil yang mengonsumsi susu probiotik di akhir kehamilan akan menurunkan risiko preeklampsia sampai 20 persen, dibanding ibu hamil yang tidak meminumnya.

Dr Susanne Bathgate, spesialis pengobatan ibu dan janin di The George Washington University School of Medicine and Health Sciences, Washington, DC, yang tidak terlibat dalam penelitian berkata bahwa dua risiko di atas memang diperkirakan muncul karena pengaruh peradangan dan beberapa pembengkakan yang mungkin berasal dari plasenta.

Meski begitu, dia berharap agar penelitian lebih lanjut dilakukan untuk menyelidiki manfaat susu probiotik terhadap peradangan dalam tubuh ibu hamil. Sebab, penggunaan susu probiotik memang banyak ditemukan di Norwegia, tetapi belum tentu hal yang sama juga ditemukan di negara lainnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com 
Penulis : Gloria Setyvani Putri

Thursday, March 8, 2018

"Baby Brain" Itu Nyata, Wanita Hamil Jadi Pelupa dan Sulit Konsentrasi



Saat hamil, biasanya ada banyak perubahan pada diri seorang ibu. Salah satunya adalah gangguan yang membuat ibu lebih pelupa atau sulit berkonsentrasi.

Di beberapa negara, gangguan semacam ini disebut dengan " baby brain". Biasanya gangguan ini akan sangat terasa pada trimester 3 kehamilan.

Baby brain sendiri merupakan suatu sindrom yang nyata dan terukur. Sebuah penelitian di Australia mengkonfirmasi hal ini.

Para peneliti dari Deakin University, Australia melakukan meta-analisis terhadap 20 penelitian yang melibatkan 1.200 wanita untuk membuktikannya.

Hasilnya, mereka menemukan bahwa fungsi kognitif secara keseluruhan pada wanita hamil lebih buruk dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil.

Gangguan yang juga sering disebut dengan "mumnesia" tersebut sering dimanisfestasikan sebagai semacam kenaikan kekosongan pikiran. Beberapa gejala yang sering dilaporkan misalnya adalah sering lupa, kehilangan jejak percakapan, mengalami kesulitan membaca, dan menunda pekerjaan.

"Fungsi kognitif umum, memori, dan fungsi eksekutif otak berkurang secara signifikan selama trimester ketiga kehamilan, namun tidak selama dua trimester awal," tulis laporan tersebut dalam Medical Journal of Australia yang terbit pada Januari 2018.

Dalam penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa sebenarnya perubahan fungsi kognitif dan memori sudah terjadi sejak awal kehamilan. Tapi gangguan ini baru terlihat jelas pada trimester ketiga.

"Penurunan (kognitif) mulai terjadi antara trimester pertama dan kedua, dan kemudian terlihat seperti stabilisasi... tapi paling jelas pada trimester ketiga," ungkap Linda Bryne, penulis utama penelitian ini dikutip dari ABC News, beberapa waktu lalu.

Profesor Bryne juga mengatakan bahwa hasil ini konsisten dengan temuan terbaru tentang reduksi jangka panjang volume materi abu-abu otak selama kehamilan terjadi.

"Sepertinya alasan wanita hamil memiliki pengurangan materi abu-abu karena mungkin merekrut area tersebut ke area yang lebih penting terkait dengan kemampuan membesarkan anak, seperti ikatan emosional dan kognisi sosial," kata Bryne. Untuk temuannya ini, Profesor Bryne menyebut perlu "penafsiran yang hati-hati".

"Kami tidak berbicara tentang gangguan yang akan menghentikan (wanita hamil) melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya, atau berfungsi dalam pekerjaan mereka. Ini lebih seperti pada perasaan bahwa kemampuan mereka hanya tidak seperti dalam waktu normal," ungkap Profesor Bryne.

"Penurunan kecil dalam kemampuan mereka selama kehamilan akan terlihat pada diri mereka sendiri dan mungkin oleh orang-orang yang dekatnya, terutama berimplikasi pada penyimpangan memori kecil (contohnya lupa atau gagal membuat temu janji dengan dokter)," kata peneliti senior Melissa Hayden dikutip dari Science Alert, beberapa waktu lalu.

"Tapi konsekuensi yang lebih signifikan (seperti berkurangnya kemampuan melakukan pekerjaan atau kemampuan yang terganggu untuk menavigasi tugas yang kompleks) cenderung kecil," sambung Hayden.

Para peneliti juga menyebutkan bahwa diperlukan penelitian lanjutan untuk memahami bagaimana perubahan fungsi kognitif ini mempengaruhi kehidupan wanita hamil.
"Dampak dari efek terhadap kualitas hidup dan fungsi navigasi ibu hamil setiap hari memerlukan penyelidikan lebih lanjut," kata Professor Byrne.

Para peneliti mengatakan dalam temuan tersebut masih belum diketahui dengan tepat mengapa fungsi memori dan eksekutif terkena dampak kehamilan. Selain itu, belum diketahui pula apakah fungsi otak kembali ke tingkat normal setelah melahirkan.

Artikel ini telah tayang di 
Kompas.com 
Penulis : Resa Eka Ayu Sartika

Monday, May 1, 2017

Gentle Birth, Nama Baru Gaya Lama Cara Melahirkan

Cara melahirkan dengan nama metode gentle birth kembali diminati. Ia dipercaya sebagai sebuah metode melahirkan yang nyaman bagi ibu dan minim akan trauma. Metode ini sudah ribuan tahun ada dan dipakai oleh suku-suku primitif.

Pada 7 Januari 2017, tepat pukul 8 pagi, Andien Aisyah merasakan kontraksi yang cukup kencang. Kontraksi sebenarnya sudah dirasakan Andien sehari sebelumnya, hanya saja, pagi itu ia merasakan kontraksi yang lebih hebat.

Bidan dan orang tua datang ke rumahnya. Pada pukul 12 siang, bidan melakukan pengecekan. Kontraksi benar ada, tetapi bidan tak menemukan pembukaan. Orang tua Andien pun memutuskan untuk pulang.

Tak lama kemudian, ia mengalami kontraksi lagi, makin kencang dan makin sering. Sang suami dengan sigap menyiapkan segala keperluan melahirkan. Ia membawa kolam ke kamar, merebus 15 galon air, dan menyiapkan kamera dengan tripod.

Sepanjang persiapan itu, Andien terus mengalami pembukaan. Sampai pembukaan ke delapan, Andien dan suaminya masuk ke dalam kolam berisi air hangat. Para bidan berjaga di pinggiran kolam. Tubuh Andien bergerak dan terus berubah posisi. Ia mengikuti instingnya sebagai ibu yang sedang membantu bayinya mencari jalan keluar. Sekitar setengah jam, Andien melahirkan anak pertamanya. Kelahiran bayi laki-laki itu langsung disambut sang suami dan diletakkan ke pelukan Andien.

“Persalinan ini memang bukan tentang aku, tapi tentang Kawa [nama anak laki-laki Andien]. Bahwa Kawa sedang mencari jalan keluar, dan apa yang aku lakukan adalah mendukung dan memudahkan dia karena dia sendiri sedang berjuang,” ungkap Andien dalam video yang diunggahnya di YouTube, 24 Maret lalu.

Proses persalinan yang dijalani Andien bernama gentle birth. Ia merupakan suatu konsep persalinan yang alami dan memperhatikan semua aspek tubuh manusia secara holistik. Jadi, persalinan bukan proses biologis semata. Ada aspek psikologis di dalamnya. Dan sejarah membuktikan bahwa manusia memiliki insting tentang bagaimana proses melahirkan yang nyaman bagi tubuhnya.

Tahun lalu, Ayudia Bing Slamet juga memilih metode persalinan gentle birth saat melahirkan anak pertamanya. Berbeda dengan Andien, Ayudia tak melakukannya di rumah dan di dalam air, melainkan di sebuah klinik sederhana di Bali bernama Bumi Sehat.

Salah seorang bidan terkenal yang mempromosikan gentle birth di klinik itu adalah Robin Lim. Robin berasal dari Hawaii dan memilih menetap di Bali. Ia kemudian mendirikan klinik yang memberikan pertolongan untuk para ibu melahirkan secara alami atau gentle birth. Para bidan hanya mendampingi, dan berjaga-jaga jika terjadi masalah dalam proses melahirkan. Klinik itu juga tak mematok biaya, para ibu bisa memberikan donasi semampunya.

Saat ini, gentle birth kian populer. Ia menjadi pembicaraan di forum-forum diskusi kehamilan dan melahirkan. Bahkan ada komunitas bernama Komunitas Gentle Birth Untuk Semua. Laman resmi komunitas itu diikuti oleh 11.616 orang di Facebook. Komunitas itu juga aktif di Twitter sejak Juli 2012 dan memiliki 1.174 pengikut.

“Kehamilan dan melahirkan itu bukan penyakit, maka dia bukanlah peristiwa medis yang harus dirumahsakitkan, sebenarnya. Hanya kira-kira lima persen kehamilan dan persalinan mengandung potensi komplikasi yang membutuhkan tanganan medis,” papar Reza Gunawan dalam sebuah diskusi tentang gentle birth yang dimoderatori Dyah Pratitasari, anggota Komunitas Gentle Birth Untuk Semua.

Reza adalah seorang praktisi penyembuhan holistik. Ia juga suami dari penulis dan penyanyi Dewi Lestari (Dee). Reza banyak berbicara tentang gentle birth setelah sebelumnya, bersama Dee, mencari tahu tentang proses persalinan alami itu dan berhasil mempraktikkannya pada persalinan Dee yang kedua, pada 2009 lalu.

Reza memakai analogi buang air kecil dan buang air besar yang akan keluar pada waktunya dan tidak perlu dipaksakan dan tak membutuhkan tindakan medis. Proses buang air kecil dan air besar itu membutuhkan tindakan medis ketika ada masalah saja.

“Terkadang di rumah sakit, dilakukan intervensi yang sebenarnya tidak begitu perlu. Sehingga membuat efek rekam negatif,” imbuh Reza.

Menurutnya, persalinan selama ini hanya mementingkan satu variabel penting, yakni sehat dan selamat secara fisik. Untuk tujuan itu, maka dilakukan intervensi untuk menyelamatkan fisiknya, tetapi seringkali lupa dan abai akan psikis ibu saat melahirkan.

Posisi melahirkan di rumah sakit pun sudah ditentukan dan dibuat standar. Para calon ibu tidak bisa mengambil posisi mereka sendiri dengan bebas. Ibu yang akan melahirkan diminta telentang. Rumah sakit dan klinik bersalin menyediakan semacam alat penahan di bagian bawah lutut atau tungkai untuk membantu perempuan mengangkat kaki.

Dalam laporan penelitian yang berjudul The Evolution of Maternal Birthing yang diterbitkan American Journal of Public Health pada 1987, Lauren Dundes, MHS mengatakan posisi melahirkan yang dibakukan di rumah sakit itu tidak dilatarbelakangi studi ilmiah. Ia dilakukan demi memudahkan dokter dalam memeriksa vagina pasien dan menangani persalinan. 

Padahal, posisi berbaring lah yang memicu sobek pada vagina. Pada posisi itu, kontraksi akan mendorong bayi secara horizontal. Ia menentang kekuatan gravitasi yang vertikal.

Pada gentle birth, ibu bebas memilih posisi, baik jongkok, setengah jongkok, duduk atau posisi apapun. Ia mengikuti instingnya sendiri dan posisi bayi yang sedang mencari jalan keluar.

Gentle birth bukanlah metode baru, ia malah metode yang sejak lama sudah digunakan. Cara melahirkan secara alami sudah dijalani manusia ribuan tahun lalu. Dalam buku Childbirth Across Cultures, Robbie Davis-Floyd dan Melissa Cheyney menjelaskan bahwa persalinan dengan cara berdiri, berjongkok, setengah berjongkok, atau merangkak, sama seperti yang dilakukan oleh suku-suku primitif di berbagai penjuru dunia. Ia sesuai dengan mekanisme alamiah tubuh manusia.

Prosedur Keamanan

Meskipun memilih melahirkan secara alami, Andien, Ayudia, dan Dee tak abai pada kemungkinan terburuk yang bisa terjadi. Itu mengapa mereka tetap membutuhkan bidan dan menyiapkan rencana evakuasi jika harus dilarikan ke rumah sakit terdekat.

“Kami sudah mendaftarkan ke rumah sakit yang jaraknya hanya lima menit dari rumah, untuk jaga-jaga,” ungkap Dee dalam kesempatan diskusi yang sama dengan Reza.

Dalam video melahirkannya, Andien juga tampak ditemani lebih dari dua orang bidan. Begitupun dengan Ayudia yang memilih melahirkan di klinik. Meski melahirkan secara alami, ia tetap didampingi para bidan.

Walaupun memilih melahirkan secara gentle, bukan berarti mereka tak memeriksakan kandungannya selama kehamilan. Andien menyebutkan ia rutin memeriksa kandungan sebulan sekali. Karena mengetahui janin dan dirinya sehat serta tak ada komplikasi, ia pun mantap untuk menjalani persalinan gentle birth.

Meskipun disebut-sebut sebagai metode persalinan yang nyaman dan minim trauma, gentle birth tak benar-benar menghapus rasa sakit. Dalam video yang dipublikasikan klinik Bumi Sehat, Ayudia mengatakan rasa nyeri dan sakit itu tetap ada.

“Tapi ya enggak sesakit itu kok, enggak sesakit yang aku bayangkan, yang aku rasain cuma capek aja,” kata Ayudia. 


Sumber: tirto.id  

Sunday, April 9, 2017

Zat Kimia Berbahaya buat Ibu Hamil


Ketika hamil, kondisi ibu jadi kunci perkembangan dan kesehatan bayi dalam kandungan. Karena itu, disarankan sang ibu menjaga kondisi kesehatannya dan menghindari hal-hal yang bisa membahayakan kehamilan.

Berbagai kegiatan yang dilakukan wajib dipertimbangkan, tak terkecuali dalam memilih produk perawatan. Beberapa zat dalam produk perawatan bisa mengganggu perkembangan bayi dan berikut diantaranya.

# Formaldehyde
Zat ini digunakan sebagai pengawet bagi produk kosmetik, seperti cat kuku dan sampo, dan bisa masuk ke dalam tubuh ketika menghirup udara yang telah terkontaminasi formaldehyde sebelumnya. Hasil percobaan pada binatang yang sedang hamil berakibat pada anak yang lahir dengan berat badan yang rendah dan paru-paru kesulitan menangkal masalah peradangan.

Hindari dengan memilih produk perawatan yang bebas formaldehyde dan gunakan cat kuku di ruangan yang terbuka atau nyalakan kipas ketika mengecat kuku. Hindari pula pengharum ruangan yang mengandung formaldehyde . Ketika ingin membeli furnitur rumah, pilihlah yang terbuat dari kayu padat dibanding yang terbuat dari partikel kayu yang tinggi formaldehyde .

#Phthalates
Zat inilah yang membuat tekstur cat kuku dan losion tubuh lebih mudah digunakan. Waspadai juga berbagai produk perawatan tubuh, deterjen, dan pengharum ruangan. Pasalnya, phthalates bisa menyebabkan bayi lahir prematur dan berisiko obesitas.
Pasangan yang berencana hamil, juga wajib menjauhi zat ini karena akan berdampak pada kesuburan wanita dan memengaruhi jumlah sperma. Atasi dengan mengurangi jumlah produk perawatan yang digunakan untuk mengurangi jumlah zat kimia yang diserap tubuh. Hindari pula memanaskan makanan dalam wadah plastik karena phthalates dari plastik akan berpindah ke makanan.

# Toluene
Cairan bening dengan bau yang menyengat ini banyak terkandung pada cat dinding dan cat kuku. Jika sering terpapar bau cairan ini bisa mempengaruhi perkembangan mental bayi dan mengganggu fungsi ginjal serta hati anak. Tunda kegiatan mengecat rumah hingga bayi lahir atau gunakan hanya cat berbahan dasar air yang akan larut hanya dengan air.

Sumber: MSN.Com

Wednesday, March 8, 2017

Mual Saat Hamil Ternyata Bisa Mencegah Keguguran



Mual saat hamil adalah gejala yang sering kali dialami ibu saat awal kehamilan, yaitu sekitar 6 minggu pertama. Muntah dan mual saat hamil dapat terjadi kapan saja, tetapi banyak wanita yang mengalaminya lebih sering ketika di pagi hari ( morning sickness ). Tidak jarang ibu merasa terganggu dan tidak nyaman akibat rasa mual dan muntah yang mereka rasakan saat hamil. Tapi, tahukah Anda bahwa ternyata gejala morning sickness adalah tanda yang baik untuk kehamilan?

Kenapa mual saat hamil dianggap pertanda baik?
Pernyataan ini berasal dari sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2007 hingga 2011 dan melibatkan sebanyak 800 wanita hamil yang berusia antara 18-40 tahun. Dalam penelitian yang diterbitkan dalam JAMA Internal Medicine tersebut, para ibu hamil yang berpartisipasi diminta untuk mencatat semua gejala yang mereka alami dari awal kehamilan hingga akhir trimester pertama. Kemudian dari catatan para ibu hamil tersebut, peneliti membagi mereka dalam beberapa kelompok yaitu ibu hamil yang tidak mengalami muntah dan mual saat hamil, hanya merasa mual, muntah sekali dalam sehari, dan muntah lebih dari sekali.
Dari penelitian tersebut diketahui bahwa hampir dua pertiga dari responden mengaku jika mereka merasa mual pada minggu ke delapan kehamilan. Sedangkan lebih dari seperempat mengalami mual disertai dengan muntah. Dan dilaporkan juga bahwa dari total responden yang mengikuti penelitian ini, sebanyak lebih dari tiga perempat ibu mengalami mual saat hamil tanpa disertai dengan muntah. Pada akhir penelitian, para ahli menyimpulkan bahwa gejala mual dan muntah yang terjadi di awal kehamilan dapat menurunkan risiko keguguran sebanyak 50-75%.

Mengapa mual saat hamil justru menurunkan tingkat keguguran?
Walaupun belum ada alasan yang pasti mengapa seorang ibu hamil yang mengalami gejala mual dan muntah lebih berpeluang kecil untuk mengalami keguguran, namun para peneliti menyebutkan beberapa teori yang mendasari kedua hal tersebut.

1. Gejala mual dan muntah pada ibu hamil dapat mengubah pola makan dan gaya hidup ibu
Salah satu alasan yang disebutkan oleh para peneliti bahwa gejala mual saat hamil yang dirasakan oleh para ibu akan membuat mereka menjadi mengetahui lebih dini terkait kehamilan yang terjadi. Hal ini menyebabkan respon tubuh mereka terhadap gejala yang terjadi muncul, entah itu berusaha untuk mengonsumsi makanan yang baik dan sehat – agar terhindar dari gejala mual – serta menghindari kebiasaan-kebiasaan buruk yang bisa mengakibatkan keguguran.

Dalam penelitian tersebut, para ibu hamil yang mengalami gejala mual dan muntah dengan alami meningkatkan asupan sayur, buah, serta makanan sumber karbohidratnya. Selain itu, mereka juga menghindari kebiasaan merokok serta minum alkohol akibat mual yang dirasakannya itu.

2. Ibu yang mengalami mual dan muntah di kehamilan pertama mempunyai kadar hormon yang berbeda
Seorang wanita hamil akan mengalami peningkatan hormon human chorionic gonadotropin (HCG) yaitu hormon yang biasanya dijadikan penentu apakah wanita tersebut hamil atau tidak. Peningkatan HCG dapat dilihat dari urin, apabila terdapat HCG di dalam urin maka dapat dipastikan bahwa wanita tersebut sedang hamil.
Para peneliti menganggap bahwa wanita dengan HCG yang cukup tinggi akan lebih berpeluang mengalami gejala mual dan muntah. Sementara HCG juga dijadikan tanda apakah janin yang sedang dikandung seorang wanita kuat atau tidak. HCG yang tidak terlalu tinggi menunjukkan bahwa kehamilan wanita tersebut rendah dan ditandai dengan tidak adanya gejala mual saat hamil.

Bagaimana jika tidak mengalami mual saat hamil?
Walaupun begitu, setiap kehamilan memiliki perubahannya masing-masing. Bukan berarti ibu yang tidak mengalami gejala mual atau muntah saat hamil akan mengalami keguguran. Oleh karena itu, diharapkan bagi ibu yang sedang mengalami hamil muda untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke dokter kandungan untuk mengetahui kondisi janinnya.


Thursday, February 23, 2017

Birth Sling, Proses Bersalin yang Tengah Populer

Melahirkan bukan lagi menjadi hal yang menakutkan. Sebab, sudah banyak metode melahirkan yang diyakini membuat si ibu nyaman.

Sebelumnya, telah banyak bukti yang beredar bahwa melahirkan di air atau water birth merupakan cara yang meringankan rasa nyeri. Salah satu cara lain yang juga menjadi rekomendasi yaitu birth sling.

Metode birth sling, ternyata sudah dilakukan sejak ratusan tahun silam. Tapi cara melahirkan dengan birth sling tengah populer di Eropa dan Amerika.

"Cara ini sebenarnya adalah cara yang pernah digunakan wanita sejak jaman dulu, dan sekarang kami bawa kembali, dengan konsep lebih moderen," ujar bidan di San Francisco, Tracy Donegan, seperti dikutip dari laman Fox Health.

Birth sling merupakan proses persalinan yang memungkinkan sang ibu tetap bergerak di atas pengayun. Posisi tersebut tentu saja membuat kontraksi tidak begitu terasa dan kenyamanan saat proses bersalin berlangsung.

Birth sling, diyakini berpotensi untuk membantu proses persalinan menjadi lebih cepat dan juga meringankan rasa sakit. Studi menunjukkan, kecil kemungkinan para wanita meminta penggunaan obat pereda nyeri, saat menggunakan pengayun.

Faktanya, wanita yang menggunakan posisi tegak lurus dan bergerak selama stase awal, dapat memiliki proses persalinan lebih pendek. Selain itu, posisi tersebut dapat menurunkan risiko untuk proses kelahiran sesar.

"Kami sudah mencari banyak cara untuk menurunkan angka persalinan dengan sesar, dan salah satu caranya dengan meningkatkan pergerakan saat kontraksi dan posisi tegak lurus," lanjut dia


http://life.viva.co.id

Cara Baca Hasil USG Kehamilan

Saat ibu hamil kontrol rutin untuk memeriksakan kandungan, dokter akan mencetak hasilnya dan memberikannya untuk Anda. Setelah itu do...