Ketuban pecah dini, sebelum usia kehamilan 37 minggu
bisa saja terjadi pada semua ibu hamil. Risikonya pun akan lebih besar terjadi
pada ibu yang mengalami infeksi sebelum proses persalinan berlangsung.
"Biasanya ketuban pecah dini bisa terjadi saat ibu sering keputihan hingga terjadi infeksi di vaginanya, anemia, gizi buruk, serta kondisi kehamilan yang tidak optimal. Bisa juga karena kondisi lain yang bisa memicu infeksi seperti gigi bolong, flu, atau infeksi jalan lahir," lanjut kata dr Sita Ayu Arumi dari RS Bunda Jakarta.
Asal air ketuban tidak habis dan kualitasnya masih bagus dan kondisi bayi masih baik, biasanya tidak dilakukan tindakan operasi. Sebaliknya, jika dilihat bayi sudah mengalami infeksi, mau tidak mau harus segera dilakukan operasi sesar.
"Kalau kondisi bayi masih kuat dan ketuban bagus, kita biarkan 4-6 jam ditunggu responsnya apakah akan kontraksi atau tidak. Itu semua juga tergantung kondisi si ibu dan bayinya," kata dr Sita saat berbincang dengan detikHealth dan ditulis pada Kamis (6/11/2014).
Ketika kondisi bayi dirasa sudah memburuk, jantungnya melemah, dan sudah terinfeksi maka tindakan operasi harus segera dilakukan. Senada dengan dr Sita, dr Dwiana Ocviyanti, SpOG (K) menuturkan jika bayi tidak segera dikeluarkan makin lama bisa menyebabkan infeksi pada ibu.
"Bayi pun juga bisa terinfeksi, sebab ketuban kan menghalangi bayi agar tidak terinfeksi bakteri di vagina. Nah, kalau pecah, bakteri di vagina bisa menginfeksi bayi," terang wanita yang akrab disapa dr Ovi ini.
Sementara gejala yang perlu diperhatikan oleh ibu hamil jika ketubannya sudah pecah yaitu air ketuban langsung keluar banyak, jumlahnya sekitar setengah sampai satu liter. Keluarnya cairan seperti urine ini tidak bisa ditahan melalui vagina dan dipastikan melalui tes lakmus.
"Biasanya ketuban pecah dini bisa terjadi saat ibu sering keputihan hingga terjadi infeksi di vaginanya, anemia, gizi buruk, serta kondisi kehamilan yang tidak optimal. Bisa juga karena kondisi lain yang bisa memicu infeksi seperti gigi bolong, flu, atau infeksi jalan lahir," lanjut kata dr Sita Ayu Arumi dari RS Bunda Jakarta.
Asal air ketuban tidak habis dan kualitasnya masih bagus dan kondisi bayi masih baik, biasanya tidak dilakukan tindakan operasi. Sebaliknya, jika dilihat bayi sudah mengalami infeksi, mau tidak mau harus segera dilakukan operasi sesar.
"Kalau kondisi bayi masih kuat dan ketuban bagus, kita biarkan 4-6 jam ditunggu responsnya apakah akan kontraksi atau tidak. Itu semua juga tergantung kondisi si ibu dan bayinya," kata dr Sita saat berbincang dengan detikHealth dan ditulis pada Kamis (6/11/2014).
Ketika kondisi bayi dirasa sudah memburuk, jantungnya melemah, dan sudah terinfeksi maka tindakan operasi harus segera dilakukan. Senada dengan dr Sita, dr Dwiana Ocviyanti, SpOG (K) menuturkan jika bayi tidak segera dikeluarkan makin lama bisa menyebabkan infeksi pada ibu.
"Bayi pun juga bisa terinfeksi, sebab ketuban kan menghalangi bayi agar tidak terinfeksi bakteri di vagina. Nah, kalau pecah, bakteri di vagina bisa menginfeksi bayi," terang wanita yang akrab disapa dr Ovi ini.
Sementara gejala yang perlu diperhatikan oleh ibu hamil jika ketubannya sudah pecah yaitu air ketuban langsung keluar banyak, jumlahnya sekitar setengah sampai satu liter. Keluarnya cairan seperti urine ini tidak bisa ditahan melalui vagina dan dipastikan melalui tes lakmus.
Penulis : Radian Nyi Sukmasari. sumber: detikHealth