image:olsonnd.com |
Semua hal yang terjadi pada calon ibu yang tengah
mengandung bisa memberikan dampak pada janin yang dikandungnya. Termasuk stres
yang terjadi selama kehamilan. Stres tersebut berpotensi mengganggu tumbuh
kembang otak janin.
Saat stres, manusia memiliki kadar hormon kortisol
(hormon stres) tinggi yang mengalir pada darahnya. Karena itulah, darah janin
juga berpotensi mengandung hormon kortisol tersebut. Demikian yang dijelaskan
oleh psikolog Rini Hildayani dari Fakultas Psikologi UI.
Darah ibu yang mengandung kortisol berfungsi pula untuk
mengantarkan zat-zat gizi pada janin melalui plasenta. Maka ada kemungkin
kortisol juga ikut diantarkan.
Tumbuh kembang anak terjadi sejak dalam kandungan
termasuk pada 1.000 hari pertama kehidupan. Masa tersebut dikenal dengan
istilah periode emas perkembangan otak anak. Kerusakan atau kurang optimalnya
tumbuh kembang otak pada periode ini akan berdampak jangka panjang dan
permanen.
Rini mengatakan, tidak optimalnya tumbuh kembang otak
janin karena stres berkaitan dengan hubungan antara saluran cerna dengan otak.
Hubungan tersebur dikenal dengan istilah gut-brain axis.
Dalam kesempatan yang sama, dokter spesialis anak Ahmad
Suryawan, mengatakan saluran cerna memiliki hubungan yang erat pada otak.
Saluran pencernaan yang sehat bisa mengoptimalkan 80 persen pertumbuhan otak
anak pada periode kritis, yakni usia 0-6 tahun.
"Saluran cerna mempengaruhi otak dari beberapa
segi, termasuk dari segi hormon stres," kata Ketua Divisi Tumbuh
Kembang Anak RSUD Dr Soetomo/FK Universitas Airlangga Surabaya ini.
Saluran cerna yang tidak sehat akan merangsang hormon
kortisol di otak, begitu pula sebaliknya jika tubuh dalam keadaan stres,
saluran cerna juga akan terganggu.
Sumber: kompas.com